INILAH.COM, Jakarta – Penemuan fosil binatang yang hidup 4,7 juta tahun lalu menjadi headline di seluruh dunia. Google juga mengganti logo untuk merayakan missing link dalam teori evolusi itu. Binatang ini juga disebut sebagai keajaiban dunia kedelapan.
Penemuan fosil itu dirayakan secara besar-besaran di konferensi pers di American Museum of Natural History di New York. Peneliti menyebut fosil itu sebagai penemuan ilmiah “yang tanpa diragukan lagi merevolusi bagaimana kita memahami teori evolusi”. Penemuan itu juga digambarkan sebagai terobosan yang luar biasa.
Makhluk kecil itu mirip dengan lemur yang hidup di zaman modern sekarang. Peneliti yang mempelajari fosil itu dipimpin oleh Jorn Hurum dari University of Oslo memberi nama fosil itu sebagai Ida.
Penulis karya ilmiah yang dilaporkan di jurnal PLoS ONE edisi 19 Mei mengklaim Ida bisa menggambarkan pohon evolusi kehidupan. Bahkan peneliti itu menyebut Ida sebagai keluarga manusia awal.
Ilmuwan menggolongkan manusia, kera, dan monyet dalam satu kelompok disebut anthropoid. Selama bertahun-tahun belum ditemukan asal dari kelompok ini. Namun banyak yang menilai pedahulu anthropoid adalah keluarga omomyid atau tarsier, primata bermata lebar yang hidup di Asia Tenggara.
Hurum dan timnya mengeluarkan hipotesa kelompok ketiga adapid yang menurunkan monyet, kera, dan manusia. Mereka menilai, Ida yang nama ilmiahnya Darwinius masillae adalah adapid. Ida lebih mirip anthropoid dibandingkan lemur.
Tim Ida menunjukkan bukti dari fosil gigi, jari, dan mata kaki lebih menyerupai anthropoid daripada lemur. Namun tidak semua ilmuwan sependapat dengan hal itu.
“Mereka mengklaim dalam laporannya dengan meneliti anatomi adapid bahwa binatang itu memiliki hubungan langsung dengan moyang manusia, kera, serta monyet. Klaim itu hampir tidak didukung bukti sama sekali,” kata paleontolog Richard Kay dari Duke University.
Bantahan juga diungkapkan ilmuwan lain. “Secara umum, saya pikir buktinya kurang meyakinkan,” kata Chris Gilbert, paleoanthropolog dari Yale University. “Mereka menyodorkan argumen, tapi saya mengatakan kesimpulannya jauh berbeda dengan hipotesa yang mereka tawarkan,” katanya.
Ilmuwan lain menganggap penemuan itu biasa saja, kecuali bentuknya yang relatif utuh. Sekitar 95% tulang masih ada, bahkan isi perut juga kelihatan. “Hal yang besar dari penemuan baru ini adalah memiliki semua bagian tulang tubuh. Biasanya sangat sulit menemukan bagian dalam gigi dan taring. Ini sesuatu yang berguna di masa depan,” kata Tab Rasmussen, antropolog di Washington University.
Di samping keberatan ilmiah, beberapa paleontolog juga tidak setuju dengan cara pengumuman penemuan itu. “Kampanye mengenai fosil ini lebih besar ceritanya daripada fosil itu sendiri. Itu fosil yang indah, tapi saya tidak melihat dalam karya ilmiahnya ada sesuatu hal baru,” kata antropolog Matt Cartmill di Duke University.
Ilmuwan menilai penemuan itu hebat hanya dalam hal kelengkapannya. Namun menyayangkan publikasi besar-besaran mengenai Ida. “Fosil ini disebut sebagai keajaiban kedelapan. Padahal ada10 di tempat penyimpanan saya,” kata Chris Beard, kurator vertebrate di Carnegie Museum of Natural History di Pittsburgh.
Sebelumnya, fosil yang diperkirakan dari makhluk yang hidup pada 4,7 juta tahun lalu itu, diungkapkan di New York. Ilmuwan yang dipimpin oleh ahli fosil Norwegia profesor Jorn Hurum bekerja selama dua tahun mempelajari Ida. Kerangka itu pertama kali ditemukan pada 1983 oleh kolektor pribadi yang tidak sadar pentingnya koleksi itu.
Makhluk yang terawat itu mirip kera. Meskipun memiliki buntut panjang, juga memiliki ciri manusia termasuk jempol, lengan yang pendek dan mata yang mengarah ke depan. Makhluk ini juga tidak memiliki dua elemen kunci pada lemur modern, yaitu cakar yang panjang, serta jajaran gigi bagian bawah. Oleh karena itu peneliti menyebut makhluk itu adalah moyang manusia, moyang kera serta moyang primata lain. Benarkah?
Jumat, 22 Mei 2009
IDA, Keluarga Manusia Pertama Di Bumi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar