Berita DiBlog Ini Tidak Murni Dari saya, ada yang mengambil cari blog/Forum tetangga untuk sekedar berbagi informasi. Jadi Mohon Maaf Jika Terdapat berbagai macam kesalahan karena saya hanya ingin berbagi info.

Translate Tool

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF
ads ads ads ads
NB: Bagi Yang Ingin Memasang Iklan Hubungi Saya. Harga di Negosiasikan

Senin, 25 Mei 2009

Nenek Supiah titisan Nyi Blorong?

Penduduk dusun Grajagan di Daerah Purwoharjo, Banyuwangi, terkejut setelah ditemukan seorang Nenek misterius di tengah laut. Nenek ini ditemukan dalam posisi duduk mengambang di permukaan air laut.





Nenek yang bernama Supiah (65) ini, mengaku berasal dari desa Selorejo, Kecamatan Temurejo, Banyuwangi. Nenek ini ditemukan oleh serombongan nelayan yang memancing di desa Grajagan, tepatnya di Pelawangan. Nenek Supiah ditemukan dalam posisi duduk di laut pada tanggal 7 Mei kemarin. Nenek supiah ditemukan dalam kondisi baju kering sama sekali walaupun duduk di tengah laut.

Ketika ditanya, apa yang dilakukan di tengah laut, Supiah hanya menjawab "Saya mencari anak saya". Ketika ditanya bagaimana rupa dan siapa nama anaknya, Nenek Supiah dengan tenang menjelaskan bahwa anaknya ada dua orang, seorang wanita dan seorang pria, dan ciri-ciri mereka sangat mudah, yaitu kedua anak mereka berbadan ular dengan kepala manusia.

Setelah ditampung di rumah salah seorang nelayan, Supriyanto, keesokan harinya Nenek Supiah minta dibuatkan syukuran 'Jenang Grendul' tanpa alasan yang jelas, dan satu-satunya petunjuk yang diberikan Nenek ini adalah karena hari tersebut (8 Mei) adalah Jumat Pon. Tidak ada alasan lain yang diberikan oleh Nenek Supiah dalam meminta dibuat syukuran tersebut.

Warga yang menyangka bahwa Nenek ini memiliki kesaktian tingkat tinggi karena mampu duduk di tengah laut dan sama sekali tidak basah, bahkan sampai beberapa penduduk menduga bahwa Nenek Supiah ini adalah titisan Nyi Blorong. , segera memenuhi keinginan Nenek Supiah. Setelah selamatan, Nenek yang hampir sama skeali tidak berbicara ini tiba-tiba dijemput keluarganya yang dikawal oleh pihak kepolisian.

Satu-satunya kalimat yang diucapkan oleh keluarga Nenek Supiah adalah, "Maaf mas, kami harus cepat pulang," demikian kata Muhaini, keponakan Nenek Supiah.

Saat ditolong oleh para nelayan, nenek tersebut justru menolak untuk dinaikkan ke atas kapal jukung.

Bahkan saat berhasil dirayu naik ke atas kapal, nenek itu justru memaksa para nelayan untuk mengantarnya ke arah laut lepas seakan mengejar sesuatu.

"Saya kira batang kayu, saya baru tahu pas nenek itu batuk-batuk membentur perahu saya. Teman-teman saya ketakutan, pas saya lihat ternyata nenek itu duduk di atas permukaan air terombang-ambing arus laut," jelas Supariyanto (40), nelayan Grajagan yang malam itu melihat langsung kesaktian nenek Supiah. Dia sangat heran, sebab nenek tersebut seperti pada film-film fiksi selama ini.

Nenek Supiah yang sempat diamankan ke rumah Supariyanto itu kemudian disusul oleh keluarganya, Jumat (8/5/2009). Selain itu polisi juga ikut mengawalnya, sebab penemuan nenek sakti itu mengundang warga berduyun-duyun. Saat ditanya wartawan, nenek Supiah hanya diam. "Saya cari anak saya," katanya singkat.

Yang mengejutkan lagi, anaknya itu disebutnya seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang berwujud ular berkepala manusia.

"Katanya cari anaknya yang hilang terbawa laut, anaknya itu disebutnya berkepala manusia berbadan ular, itupun dijawabnya setelah saya tanya berkali-kali dengan sedikit rayuan," ungkap Supariyanto menirukan jawaban sang nenek sesaat setelah dibawa pulang nelayan dari laut.

Tatapan matanya yang tajam seakan menyiratkan kekuatan luar biasa yang terpendam di dalam dirinya. Bahasa tubuhnya juga menunjukkan kegelisahan, seakan mencari sesuatu yang lama dicarinya.

Nenek Supiah juga enggan menjelaskan ilmu yang digunakan hingga dia bisa duduk di atas permukaan air laut Grajagan, atau tepatnya perairan Pelawangan. Dia tetap membisu meski wartawan memberondong pertanyaan tentang prilakunya itu.

Keluarga Supiah, mengaku takut jika anggota keluarganya itu sudah disusupi makhluk halus. Sebab, sebelum ditemukan duduk di permukaan laut, nenek misterius itu tak menunjukkan keanehan yang menonjol. Hanya kebiasaan berbicara sendiri yang selama ini diketahui oleh keluarganya.

Kebiasaan itu juga dirasa sedikit mulai berubah. Sebab hal itu terlihat menjadi lebih sering dilakukan Supiah dibanding sebelumnya. Pihak keluarga Supiah juga merasa heran, bagaimana mungkin anggota keluarganya yang dianggap stres oleh orang kampung, bisa duduk mengapung di atas air laut. Mereka curiga jika di dalam tubuh Supiah sudah bercokol sesosok makhluk halus.

"Selama ini tidak pernah aneh-aneh, kami curiga jangan-jangan dia (Supiah) sudah disusupi penunggu laut Grajagan," jelas Muhaini yang diiyakan istrinya, Saudah, adik kandung Supiah saat ditemui detiksurabaya.com, sebelum berangkat kerja, Selasa (12/5/2009) pagi.

Kecurigaan itu berdasarkan perubahan yang mulai terasa. Seperti intensitas kebiasaan berbicara sendiri yang meningkat, serta mata Supiah juga kerap diketahui melotot saat berbicara dengan orang lain. Dan juga niatan Supiah untuk kembali ke laut Grajagan seakan seperti rindu dengan rumahnya sendiri.

Meski menduga jika disusupi makhluk halus atau penunggu laut Selatan, namun pihak keluarga mengaku pasrah. Yang terpenting Supiah tidak berubah menjadi beringas atau berbahaya bagi lingkungannya. Supiah juga diketahui menjadi lebih sensitif jika diajak bicara terkait anaknya (Apalagi manusia berbadan ular yang diaku sebagai anaknya).

"Mungkin dia lagi kangen berat sama anaknya yang bernama Dewi dan Solikhah. Sebab sudah sekitar 7 tahun tidak ketemu," jelas Saudah, sambil menunjukkan foto Solekhah, salah satu putri nenek Supiah yang ada di Papua dan sudah hilang kontak sejak pertemuan terakhir, 5 tahun silam.

Paranormal Banyuwangi mengaku meski sosok Supiah, nenek yang ditemukan duduk mengambang di atas permukaan air dianggap stres di lingkungan rumahnya, justru sosoknya menyamar untuk menutupi keampuhan yang dimilikinya.

Menurut salah seorang paranormal asal Dusun Petahunan Desa Jajag Kecamatan Gambiran, Suratno (48), orang-orang sakti memang kerap bersikap nyeleneh seperti itu. Biasanya, hal itu untuk menjauhkan diri dari sifat dan rasa takabur.

"Nenek Supiah tidak stres, biasanya orang ampuh seperti itu, nyeleneh dan menyamar, rendah hati," jelas Suratno saat ditemui detiksurabaya.com di rumahnya, Sabtu (9/5/2009) siang.

Namun, lanjut Suratno, tak banyak yang bisa mengerti apa yang dimaksud penyamaran yang dilakukan Supiah. Dijelaskan oleh dia, sangat beruntung dan kebetulan bagi nelayan yang memergoki 'aksi' nenek Supiah kala duduk di atas permukaan laut Grajagan.

"Jarang-jarang ada orang yang bisa memergoki hal seperti itu, nelayan itu sungguh beruntung," beber Suratno.

Sementara Saudah, adik kandung Supiah, yang rumahnya berdekatan mengaku tidak pernah melihat aktivitas aneh yang dilakukan kakak tertuanya tersebut. Kecuali, saat Supiah berbicara sendiri layaknya berkomunikasi dangan seseorang.

Nenek Supiah (65), nenek misterius yang ditemukan duduk mengapung di permukaan laut Pelawangan, Grajagan, oleh nelayan setempat, ternyata mahir dalam membuat pakaian. Namun jangan bayangkan proses pembuatan pakaiannya, sama halnya dengan para penjahit pada umumnya.

Dalam membuat selembar baju, nenek Supiah hanya mengandalkan perlengkapan sederhana. Bahkan mungkin tak lazim dipergunakan oleh para penjahit profesional. Bayangkan saja, untuk memotong lembaran kain yang akan dibentuk menjadi baju, nenek tiga cucu tersebut menggunakan sabit dan parang.

"Motong kainnya pakai sabit, kadang pisau dan tak jarang juga pakai parang yang biasa dipakainya untuk cari kayu bakar," jelas Muhaini, suami Saudah adik kandung Supiah menyakinkan, kala ditemui detisurabaya.com di rumahnya Dusun Seloejo, Banyuwangi, Minggu (10/5/2009).

Selain itu, kain yang dipilihnya bukan kain baru berkualitas standar. Melainkan kain atau pakaian yang hanyut terbawa arus sungai yang terletak tak jauh dari tempat tinggalnya di Dusun Selorejo Desa Temurejo Kecamatan Bangorejo.

Alat jahitnya pun hanya mengandalkan alat jahit manual, yakni berupa bilah mata jarum berukuran kecil, serta benang berwarna putih. Selama proses pembuatan, nenek aneh itu tak menggunakan alat ukur untuk mengetahui besar atau kecil, panjang atau pendek bentuk dari pakaian yang dibuatnya.

"Kain-kain itu khusus dicari dan diambil dari pakaian atau kain yang hanyut di sungai, barat rumah mas, dicucinya sampai bersih," jelas Muhaini lagi sambil geleng-geleng kepala keheranan.

Meski tak diukur, dan bahkan memotongnya tidak memakai alat semestinya, anehnya baju hasil buatan nenek Supiah pas dengan postur tubunya. Lekuk lekuk baju juga terlihat pas, seakan baju hasil buatan seorang penjahit.

Entah apa alasan dari semua tingkah anehnya itu. Mungkin sebab itu juga, nenek yang dianggap stress oleh orang kebanyakan tersebut, tak mau mengenakan pakaian selain pakaian buatannya. Seperti saat diminta warga Grajagan untuk berganti pakaian, sesaat ditemukan warga duduk dipermukaan laut.

"Mbak Supiah itu tidak mau pakai pakaian yang bukan hasil karyanya, entah apa maksudnya kami pun tidak tahu," jelas Saudah, adik kandung nenek Supiah kala mendampingi suaminya.

Sayangnya, nenek Supiah tak berkenan saat pakaian buatannya akan diambil gambarnya. Nenek misterius itu hanya mau menunjukan baju hasil karyanya, itupun setelah dirayu beberapa kali oleh Saudah, adik kandungnya.

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog